Pandemi corona saat ini menjadi momok yang ditakuti oleh semua orang. Pada tahun 2019 berdasarkan riset yang dilakukan oleh The Global Hunger Index menempatkan Indonesia pada urutan ke-130 dari 197 negara dengan tingkat kelaparan serius, terlebih dengan adanya corona ini membuat tingkat kelaparan semakin meningkat. Kelaparan melanda seluruh kalangan umur, muda hingga tua. Salah satu yang mengkhawatirkan adalah para lansia, diantara adalah Bu Yayah dan Pak Pandi.
Bu Yayah adalah seorang wanita tangguh, meskipun umurnya sudah mulai sepuh, tapi Bu Yayah tidak patah semangat untuk mencari nafkah. Bu Yayah hidup berdua dengan anaknya yang masih berumur belasan tahun. Suami Bu Yayah sudah meninggal, dan anaknya bekerja jauh dan terkadang jarang pulang. Dengan umurnya yang sudah mulai renta, kini Bu Yayah adalah tumpuan bagi keluarganya.
Bu Yayah adalah seorang penjual gas keliling, mendorong roda kesana kemari, tak menghiraukan lelah meskipun sering menghampiri. Ia rela mengantar gas cukup jauh, demi bisa menyambung hidup untuk esok hari. Keuntungan yang Bu Yayah peroleh dari berjualan gas tak seberapa, tak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Bahkan untuk makan pun Bu Yayah sering kebingungan.
Sedangkan Pak Pandi adalah seorang kakek berumur 82 tahun yang saat ini menderita stroke sejak dua tahun lalu. Tak ada pengobatan yang beliau jalani, karena terhimpit ekonomi. Kini Pak Pandi hanya bisa terbaring lemah dikasur lepeknya, dan bertumpu pada Bu Wiwit (68 tahun) yang mencari nafkah dengan berjualan dan menjadi buruh cuci. Penghasilan mereka tak seberapa bahkan untuk menyambung hidup pun tak ada. Terlebih dengan kondisi Pak Pandi yang saat ini menderita stroke, keluarga mereka semakin kesulitan.
“Neng… kangge tuang ge teu aya komo deui kangge berobat. Ibu jualan dipayun (didepan rumah) tapi nya kitu tea neng, sepi…, teu aya nu meser na ge. Duka kedah kumaha deui ibu neng.” (Neng, untuk makan aja engga ada apalagi untuk berobat. Ibu berjualan (didepan rumah) tapi ya gitu neng, sepi, tidak ada yang membeli. Ibu tidak tahu harus bagaimana lagi). Begitu keluh Bu Wiwit.
Diluar sana banyak sekali orang-orang yang membutuhkan uluran tangan kita semua. Sebagai seseorang yang masih dapat hidup dengan layak semestinya kita bersyukur. Mari ringankan beban Bu Yayah dan Pak Pandi melalui program Peduli Pangan Lansia dengan cara:
(1) Klik tombol “DONASI SEKARANG”
(2) Masukkan nominal donasi
(3) Pilih metode pembayaran GO-PAY, BCA Virtual Account, atau transfer Bank
Tidak hanya berdonasi, teman-teman juga bisa membantu dengan cara menyebarkan halaman galang dana ini ke orang-orang terdekat agar semakin banyak orang yang ikut membantu.
Disclaimer : Informasi dan opini yang tertulis di halaman campaign ini
adalah milik campaigner (pihak yang menggalang dana) dan tidak mewakili Raihmimpi
Halo #TemanBaik!
Senyum Mak Ratna ini karena kamu. Donasimu sudah tersalurkan untuk lansia-lansia hebat. Salah satunya Mak Ratna yang tinggal seorang diri di rumahnya di derah Sindangkerta, Cililin.